Suatu pagi, di suatu bukit terdapat
sebuah rumah kurcaci. Rumah itu berdinding kayu yang tampak usang dan terdapat
sebuah cerobong asap untuk perapian. Domba gemuk dan lincah terlihat disekitar
rumah. Kebun yang cukup luas pun terletak dibelakang rumah tersebut. Di dalam
rumah tersebut tinggalah 3 orang kurcaci yang bernama Pedro, Lexy dan Merry. Mereka
adalah tiga kurcaci bersaudara yang sudah tinggal dirumah itu lebih dari
seratus tahun.
“Hei, Pedro. Ayo bangun!” teriak Lexy
dari ruang makan. Pedro sang kakak pertama masih tertidur lelap walau sekarang
sudah tiba waktu untuk sarapan. Merry pun sudah bangun untuk membuatkan
sarapan. Suara pisau yang mencacah bahan makanan pun sudah terdengar dari pagi
tadi. Lexy yang sudah bangun setelah Merry sekarang membereskan meja makan.
“Pedro, Kau tidak ingin makan? Jika
tidak bangun makananmu akan aku makan.” Lexy kembali berteriak ke arah kamar
pedro yang ada di lantai dua. Pedro pun akhirnya bangun dan beranjak
membersihkan diri ke kamar mandi.
“Apa menu sarapan pagi ini, Merry?” Tanya
Pedro sambil menuruni anak tangga setelah membersihkan diri.
“Pagi ini aku memasak telur mata sapi
dan sup kentang. Nasinya pun sudah tanak.” Jawab Merry sambil menggoreng telur.
Tiap pagi Merry bertugas memasak
untuk kedua kakaknya dan Lexy bertugas merawat ternak dan merawat kebun. Tidak seperti
kedua adiknya yang rajin untuk mengerjakan tugas mereka, Pedro hanya bermalas-malasan
di dalam rumah. Walau sudah sering kali kedua adiknya mengingatkan Pedro untuk
tidak bermalas-malasan tetapi Pedro tidak menghiraukannya. Tidak bisa berbuat
banyak, Lexy dan Merry hanya bias mengerjakan tugas mereka tepat waktu
sementara sang kakak pertama hanya bermalas-malasan.
Hingga suatu hari, ketika ingin ke
kamar mandi. Pedro melihat ke arah jendela kamar. Sang mentari sudah begitu
terik. Pedro pun merasa bingung, mengapa kedua adiknya tidak ada yang
membangunkannya. Pedro pun yang merasa kesal karena telah kehilangan waktu
sarapannya bergegas ke arah ruang makan. Sesampainya ke ruang makan , kedua adiknya
tidak ada seperti hari biasanya. Pedro pun mencari kedua adiknya ke penjuru
rumah dan pada akhirnya Pedr menemukan kedua adiknya masih tertidur di tempat
tidur mereka.
“Hei, bangun!” Teriak Pedro dari arah
pintu kamar. Tetapi kedua adiknya tidak bergerak sama sekali.
“Kalian tidak tahu sekarang ini hari
sudah siang. Dan aku telah melewatkan sarapan pagiku. Merry bangun, siapkan
makanan untuk ku.” Ucap Pedro sambil membuka tirai jendela yang masih tertutup.
Tidak mendapatkan respon dari kedua adiknya, Pedro menghampiri Merry.
Ketika membuka selimut Merry, wajah
Merry terlihat tidak seperti biasanya. Wajah Merry terlihat pucat dan terlihat
kesakitan. Begitu pula ketika Pedro membuka selimut Lexy. Kedua adiknya
ternyata sedang jatuh sakit. Kemarin terjadi hujan badai dan kedua adiknya
sibuk menyelamatkan ternak dan kebun mereka. Sedangkan Pedro bersantai didalam
rumah. Karena mereka berdua kehujanan, sekarang mereka jatuh sakit. Mereka
berdua terserang demam.
Mengetahui kedua adiknya yang sakit,
Pedro pun sangat cemas dan segera mengambil air dan handuk untuk mengompres
kedua adiknya. Setelah mengompres kedua adiknya, Pedro menyiapkan bubur dan
menyuapi kedua adiknya sehingga mereka dapat meminum obat pereda panas. Pedro
pun pergi ke ruang makan dan duduk di ruang yang hening. Terlihat catatan di
dekat dapur yang ditulis oleh kedua adiknya.
Pedro pun beranjak melihat apa isi
dari catatan tersebut. Ternyata itu adalah catatan tugas yang harus dikerjakan
oleh kedua adiknya setiap hari. Mulai dari mencuci pakaian, membuat makanan,
membereskan meja, mencuci piring, mengurus ternak hingga merawat kebun. Begitu banyak
pekerjaan yang dilakukan oleh kedua adiknya setiap hari.
Pedro pun akhirnya melakukan tugas
yang tertulis dicatatan tersebut satu per satu. Ditengah teriknya sinar
matahari, Pedro mencuci pakaian lalu menjemurnya. Semua ia kerjakan hingga
matahari pun turun dari tahtanya. Kini sang bulan mulai mengintip dari
kejauhan. Pedro pun akhirnya menyelesaikan semua tugas kedua adiknya. Menebus rasa
haus, Pedro meminum segelas air dengan cepat diruang makan. Rasa lelah mulai
dirasakan Pedro. Hening kini menyelimuti ruangan.
Pedro kembali ke kamar kedua adiknya
dan memeriksa suhu badan mereka. Suhu badan kedua adiknya kini sudah jauh
turun. Wajah kedua adiknya sudah terlihat lebih baik dan tidak pucat seperti
tadi pagi. Melihat kedua adiknya tidur terlelap, Pedro menyadari bahwa tugas
yang dijalani kedua adiknya tidak mudah dan Pedro merasa bersalah karena tidak
membantu kedua adiknya sama sekali. Pedro pun membulatkan tekad untuk merubah
kebiasaan jeleknya.
Keesokan paginya, ketika matahari
mengintip diantara pegunungan. Aroma harum daging panggang dan telur pun memenuhi
rumah. Kedua adik Pedro pun terbangun dari tidur. Mereka berdua bertatap muka
dengan wajah bingung. Mereka berdua masih berada ditempat tidur tetapi sudah
tercium aroma makan yang begitu lezat. Mereka berdua pun langsung beranjak ke
dapur. Ketika sampai disana, mereka berdua menemukan Pedro sedang menyiapkan
sarapan. Pedro yang melihat kedua adiknya bingung, menyuruh mereka berdua untuk
duduk dan menyantap sarapan pagi mereka.
Pedro meminta maaf karena selama ini tidak membantu pekerjaan
kedua adiknya. Melihat sang kakak meminta maaf dengan tulus, kedua adiknya pun
tersenyum lebar dan memaafkannya. Mereka bertiga pun makan dengan lahap. Kini,
semua tugas dikerjakan mereka secara bersama-sama.
No comments:
Post a Comment