Ryu's Said

Wellcome to my Blog, please enjoy and coment

Friday, April 25, 2014

Cerpen : Tiga Kurcaci bersaudara


Suatu pagi, di suatu bukit terdapat sebuah rumah kurcaci. Rumah itu berdinding kayu yang tampak usang dan terdapat sebuah cerobong asap untuk perapian. Domba gemuk dan lincah terlihat disekitar rumah. Kebun yang cukup luas pun terletak dibelakang rumah tersebut. Di dalam rumah tersebut tinggalah 3 orang kurcaci yang bernama Pedro, Lexy dan Merry. Mereka adalah tiga kurcaci bersaudara yang sudah tinggal dirumah itu lebih dari seratus tahun.
“Hei, Pedro. Ayo bangun!” teriak Lexy dari ruang makan. Pedro sang kakak pertama masih tertidur lelap walau sekarang sudah tiba waktu untuk sarapan. Merry pun sudah bangun untuk membuatkan sarapan. Suara pisau yang mencacah bahan makanan pun sudah terdengar dari pagi tadi. Lexy yang sudah bangun setelah Merry sekarang membereskan meja makan.
“Pedro, Kau tidak ingin makan? Jika tidak bangun makananmu akan aku makan.” Lexy kembali berteriak ke arah kamar pedro yang ada di lantai dua. Pedro pun akhirnya bangun dan beranjak membersihkan diri ke kamar mandi.
“Apa menu sarapan pagi ini, Merry?” Tanya Pedro sambil menuruni anak tangga setelah membersihkan diri.
“Pagi ini aku memasak telur mata sapi dan sup kentang. Nasinya pun sudah tanak.” Jawab Merry sambil menggoreng telur.
Tiap pagi Merry bertugas memasak untuk kedua kakaknya dan Lexy bertugas merawat ternak dan merawat kebun. Tidak seperti kedua adiknya yang rajin untuk mengerjakan tugas mereka, Pedro hanya bermalas-malasan di dalam rumah. Walau sudah sering kali kedua adiknya mengingatkan Pedro untuk tidak bermalas-malasan tetapi Pedro tidak menghiraukannya. Tidak bisa berbuat banyak, Lexy dan Merry hanya bias mengerjakan tugas mereka tepat waktu sementara sang kakak pertama hanya bermalas-malasan.
Hingga suatu hari, ketika ingin ke kamar mandi. Pedro melihat ke arah jendela kamar. Sang mentari sudah begitu terik. Pedro pun merasa bingung, mengapa kedua adiknya tidak ada yang membangunkannya. Pedro pun yang merasa kesal karena telah kehilangan waktu sarapannya bergegas ke arah ruang makan. Sesampainya ke ruang makan , kedua adiknya tidak ada seperti hari biasanya. Pedro pun mencari kedua adiknya ke penjuru rumah dan pada akhirnya Pedr menemukan kedua adiknya masih tertidur di tempat tidur mereka.
“Hei, bangun!” Teriak Pedro dari arah pintu kamar. Tetapi kedua adiknya tidak bergerak sama sekali.
“Kalian tidak tahu sekarang ini hari sudah siang. Dan aku telah melewatkan sarapan pagiku. Merry bangun, siapkan makanan untuk ku.” Ucap Pedro sambil membuka tirai jendela yang masih tertutup. Tidak mendapatkan respon dari kedua adiknya, Pedro menghampiri Merry.
Ketika membuka selimut Merry, wajah Merry terlihat tidak seperti biasanya. Wajah Merry terlihat pucat dan terlihat kesakitan. Begitu pula ketika Pedro membuka selimut Lexy. Kedua adiknya ternyata sedang jatuh sakit. Kemarin terjadi hujan badai dan kedua adiknya sibuk menyelamatkan ternak dan kebun mereka. Sedangkan Pedro bersantai didalam rumah. Karena mereka berdua kehujanan, sekarang mereka jatuh sakit. Mereka berdua terserang demam.
Mengetahui kedua adiknya yang sakit, Pedro pun sangat cemas dan segera mengambil air dan handuk untuk mengompres kedua adiknya. Setelah mengompres kedua adiknya, Pedro menyiapkan bubur dan menyuapi kedua adiknya sehingga mereka dapat meminum obat pereda panas. Pedro pun pergi ke ruang makan dan duduk di ruang yang hening. Terlihat catatan di dekat dapur yang ditulis oleh kedua adiknya.
Pedro pun beranjak melihat apa isi dari catatan tersebut. Ternyata itu adalah catatan tugas yang harus dikerjakan oleh kedua adiknya setiap hari. Mulai dari mencuci pakaian, membuat makanan, membereskan meja, mencuci piring, mengurus ternak hingga merawat kebun. Begitu banyak pekerjaan yang dilakukan oleh kedua adiknya setiap hari.
Pedro pun akhirnya melakukan tugas yang tertulis dicatatan tersebut satu per satu. Ditengah teriknya sinar matahari, Pedro mencuci pakaian lalu menjemurnya. Semua ia kerjakan hingga matahari pun turun dari tahtanya. Kini sang bulan mulai mengintip dari kejauhan. Pedro pun akhirnya menyelesaikan semua tugas kedua adiknya. Menebus rasa haus, Pedro meminum segelas air dengan cepat diruang makan. Rasa lelah mulai dirasakan Pedro. Hening kini menyelimuti ruangan.
Pedro kembali ke kamar kedua adiknya dan memeriksa suhu badan mereka. Suhu badan kedua adiknya kini sudah jauh turun. Wajah kedua adiknya sudah terlihat lebih baik dan tidak pucat seperti tadi pagi. Melihat kedua adiknya tidur terlelap, Pedro menyadari bahwa tugas yang dijalani kedua adiknya tidak mudah dan Pedro merasa bersalah karena tidak membantu kedua adiknya sama sekali. Pedro pun membulatkan tekad untuk merubah kebiasaan jeleknya.
Keesokan paginya, ketika matahari mengintip diantara pegunungan. Aroma harum daging panggang dan telur pun memenuhi rumah. Kedua adik Pedro pun terbangun dari tidur. Mereka berdua bertatap muka dengan wajah bingung. Mereka berdua masih berada ditempat tidur tetapi sudah tercium aroma makan yang begitu lezat. Mereka berdua pun langsung beranjak ke dapur. Ketika sampai disana, mereka berdua menemukan Pedro sedang menyiapkan sarapan. Pedro yang melihat kedua adiknya bingung, menyuruh mereka berdua untuk duduk dan menyantap sarapan pagi mereka.
Pedro meminta maaf karena selama ini tidak membantu pekerjaan kedua adiknya. Melihat sang kakak meminta maaf dengan tulus, kedua adiknya pun tersenyum lebar dan memaafkannya. Mereka bertiga pun makan dengan lahap. Kini, semua tugas dikerjakan mereka secara bersama-sama.

No comments:

Post a Comment