A. Pengertian
Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa
terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh.
Kalimat merupakan gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan
suatu pengertian dan pola intonasi akhir. Kalimat dasar adalah kalimat yang
berisi informasi pokok dalam struktur inti, belum mengalami perubahan unsur
seperti panambahan keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, predikat,
objek, ataupun pelengkap. Perubahan terdapat
B. Unsur-unsur kalimat:
1.
Subyek (S)
- Disebut juga pokok kalimat, karena merupakan unsur inti suatu kalimat.
- Umumnya berupa kata benda (KB) atau kata lain yang dibendakan.
- Merupakan jawaban dari pertanyaan “Siapa” atau “Apa”.
- Contoh :
2. Predikat (P)
- Unsur inti pada kalimat yang berfungsi menjelaskan subyek.
- Biasanya berupa kata kerja (KK) atau kata sifat (KS).
- Merupakan jawaban dari pertanyaan “Mengapa” dan “Bagaimana”.
- Contoh :
- Hyde menyanyi dengan merdu.
- Ken memasak gyoza.
- Tetsu membaca majalah.
3. Objek (O)
- Keterangan predikat yang memiliki hubungan erat dengan predikat.
- Biasanya terletak di belakang predikat.
- Dalam kalimat pasif, objek akan menempati posisi subyek.
- Ada dua macam objek, yaitu :
- Objek Penderita : kata benda atau yang dibendakan baik berupa kata atau kelompok kata yang merupakan sasaran langsung dari perbuatan atau tindakan yang dinyatakan oleh subyek.
Makna objek penderita :
1.
Penderita
Contoh : Ken mencoret-coret tembok.
2. Penerima
Contoh : Hyde memakai baju
Tetsu.
3. Tempat
Contoh : L’Arc~en~Ciel
datang ke Indonesia.
4. Alat
Contoh : Ken melempar bola ke
Yukihiro.
5. Hasil
Contoh : Yukihiro mengerjakan tugas
Bahasa Indonesia.
- Objek Penyerta : objek yang menyertai subjek dalam melakukan atau mengalami sesuatu.
Makna objek penyerta :
1. Penderita.
Contoh : Yukihiro memberikan Ken
sepeda baru.
2. Hasil.
Contoh
: Yukihiro membelikan adiknya rumah.
4. Keterangan (K)
- Hubungannya dengan predikat renggang.
- Posisinya dapat di awal, tengah, ataupun akhir kalimat.
- Terdiri dari beberapa jenis :
- Keterangan Tempat
- Vamps akan konser di Indonesia.
- Keterangan Alat
- Dalam film itu, Hyde memukul Shindong dengan panci.
- Keterangan Waktu
- L’Arc~en~Ciel akan kembali ke Jepang pukul dua siang.
- Keterangan Tujuan
- Kita harus rajin berolahraga agar sehat.
- Keterangan Cara
- Mereka memperhatikan koreo dengan seksama.
- Keterangan Penyerta
- Ken pergi bersama Yukihiro.
- Keterangan Similatif
- Yukihiro memberikan arahan kepada pemain sebagai pelatih.
- Keterangan Sebab
- Dia sangat sukses sekarang karena giat bekerja.
Ciri-ciri pelengkap:
• Di belakang predikat.
Objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contoh: buku baru, sepeda baru.
• Tidak didahului preposisi.
Unsur kalimat yang didahului preposisi disebut keterangan.
• Di belakang predikat.
Objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contoh: buku baru, sepeda baru.
• Tidak didahului preposisi.
Unsur kalimat yang didahului preposisi disebut keterangan.
C. POLA KALIMAT DASAR
Kalimat dasar dapat dibedakan menjadi delapan tipe, yaitu:
1. Kalimat dasar berpola SPOK
Kalimat dasar dapat dibedakan menjadi delapan tipe, yaitu:
1. Kalimat dasar berpola SPOK
contoh : Ayah membaca koran di kamar
tengah
Ayah sebagai S, mebaca sebagai P, koran sebagai O, di kamar tengah sebagai K
2. Kalimat dasar berpola SPOPel
contoh : ibu membelikan adik mainan
2. Kalimat dasar berpola SPOPel
contoh : ibu membelikan adik mainan
ibu sebagai S, membelikan sebagai P, adik sebagai O, mainan sebagai pel
3. Kalimat dasar berpola SPO
contoh : Dosen mengajar mahasiswa
Dosen sebagai S, mengajar sebagai P, mahasiswa sebagai O
4. Kalimat dasar berpola SPPel
contoh : Saya memberi semangat
Saya sebagai S, memeberi sebagai P, semangat sebagai Pel
5. Kalimat dasar berpola SPK
contoh : Dosen kami akan dikirim ke Jepang
Dosen kami sebagai S, akan dikirimkan sebagai P, ke Jepang sebagai K
6. Kalimat dasar berpola SP (P: verba)
contoh : Kami bermain
3. Kalimat dasar berpola SPO
contoh : Dosen mengajar mahasiswa
Dosen sebagai S, mengajar sebagai P, mahasiswa sebagai O
4. Kalimat dasar berpola SPPel
contoh : Saya memberi semangat
Saya sebagai S, memeberi sebagai P, semangat sebagai Pel
5. Kalimat dasar berpola SPK
contoh : Dosen kami akan dikirim ke Jepang
Dosen kami sebagai S, akan dikirimkan sebagai P, ke Jepang sebagai K
6. Kalimat dasar berpola SP (P: verba)
contoh : Kami bermain
Kami sebagai S, bermain sebagai P
7. Kalimat dasar berpola SP (P: Nomina)
contoh : Kami mahasiswa
7. Kalimat dasar berpola SP (P: Nomina)
contoh : Kami mahasiswa
Kami sebagai S, mahasiswa sebagai P
8. Kalimat dasar berpola SP (P: Adjektiva)
contoh : Ilmuwan Hebat
ilmuwan sebagai S, Hebat sebagai P
8. Kalimat dasar berpola SP (P: Adjektiva)
contoh : Ilmuwan Hebat
ilmuwan sebagai S, Hebat sebagai P
D. Macam-macam kalimat
Menurut strukturnya, kalimat
bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dan dapat pula berupa kalimat
mejemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat setara (koordinatif), tidak
setara(subordinatif), ataupun campuran (koordiatif-subordinatif). Gagasan yang
tunggal dinyatakan dalam kalimat tunggal; gagasan yang bersegi-segi diungkapkan
dengan kalimat majemuk.
A. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal terdiri
atas satu subjek dan satu predikat. Pada hakikatnya, kalau dilihat dari
unsur-unsurnya, kalimat-kalimat yang panjang-panjang dalam bahasa Indonesia
dapat dikembalikan kepada kalimat-kalimat dasar yang sederhana. Kalimat-kalimat
tunggal yang sederhana itu terdiri atas satu subjek dan satu predikat.
Sehubungan dengan it, kalimat-kalimat yang panjang itu dapat pula ditelusuri
pola-pola pembentukannya. Pola-pola itulah yang dimaksud dengan pola kalimat
dasar. Mari kita lihat sekali lagi pola-pola kalimat dasar tersebut.
1. Mahasiswa
berdiskusi
S: KB
+ P: KK
2. Dosen ramah
S: KB
+ P: KS
3. Harga buku itu
sepuluh ribu rupiah.
S: KB
+ P: KBil
Pola-pola kalimat dasar
ini masing-masing hendaklah dibaca sebagai berikut. Pola 1 adalah pola yang
mengandung subjek (S) kata benda (mahasiswa) dan predikat (P) kata kerja
(berdiskusi). Kalimat itu menjadi Mahasiswa berdiskusi
S
P
Contoh lain:
1. Pertemuan APEC
sudah berlangsung.
S
P
2. Teori itu dikembangkan.
S
P
Pola 2 adalah pola
kalimat yang bersubjek kata benda (dosen itu) dan berpredikat kata
sifat(ramah). Kalimat itu menjadi Dosen itu ramah.
S
P
Contoh lain:
1. Komputernya
rusak.
S
P
2. Suku bunga bank
swasta tinggi.
S
P
Pola 3 adalah pola
kalimat yang bersubjek kata benda (harga buku itu) dan berpredikat kata
bilangan (sepuluh ribu rupiah). Kalimat selengkapnya ialah
Harga
buku itu sepuluh ribu rupiah.
S
P
Contoh lain:
1. Panjang jalan
tol Cawang-Tanjung Priok tujuh belas kilometer.
S
P
2. Masalahnya seribu
satu.
S
P
Ketiga pola kalimat di
atas masing-masing terdiri atas satu kalimat tunggal. Setiap kalimat tunggal di
atas dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya. Dengan
menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya itu, kalimat akan menjadi panjang
(lebih panjang daripada kalimat asalnya), tetapi masih dapat dikenali unsur
utamanya. Kalimat Mahasiswa berdiskusi dapat diperluas menjadi kalimat Mahasiswa
semester III sedang berdiskusi di aula. S P K Perluasan kalimat itu adalah
hasil perluasan subjek mahasiswa dengan semester III. Perluasan
predikat berdiskusi dengan sedang, dengan menambahkan keterangan
tempat di akhir kalimat.
Kalimat 2, yaitu Dosen
itu ramah dapat diperluas menjadi :
Dosen
itu selalu ramah setiap
hari.
S
P
K
Kalimat 3, yaitu Harga
buku itu sepulu ribu rupiah dapat diperluas pula dengan kalimat :
Harga
buku besar itu sepuluh ribu rupiah
per buah.
S
P
Memperluas kalimat
tunggal tidak hanya terbatas seperti pada contoh-contoh di atas. Tidak tertutup
kemungkinan kalimat tunggal seperti itu diperluas menjadi dua puluh kata atau
lebih. Perluasan kalimat itu, antara lain, terdiri atas:
- keterangan tempat, seperti di sini, dalam ruangan tertutup, lewat Yogyakarta, dalam republik itu, dan sekeliling kota;
- keterangan waktu, seperti setiap hari, pada pukul 19.00, tahun depan, kemarin sore, dan minggu kedua bulan ini;
- keterangan alat seperti dengan linggis, dengan undang-undang itu, dengan sendok dan garpu, dengan wesel pos, dan dengan cek;
- keterangan modalitas, seperti harus,barangkali, seyogyanya, sesungguhnya dan sepatutnya;
- keterangan cara, seperti dengan hatihati, seenaknya saja, selakas mungkin, dan dengan tergesa-gesa;
- keterangan aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan telah.
- keterangan tujuan, seperti agar bahagia, supaya tertib, untuk anaknya, dan bagi kita;
- keterangan sebab, seperti karena tekun, sebab berkuasa, dan lantaran panik;
- frasa yang, seperti mahasiswa yang Ipnya 3 ke atas, para atlet yang sudah menyelesaikan latihan, dan pemimpin yang memperhatikan takyatnya; 3
- keterangan aposisi, yaitu keterangan yang sifatnya saling menggantikan, seperti penerima Kalpataru, Abdul Rozak, atau Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso.
Perhatikan perbedaan
keterangan alat dan keterangan cara berikut ini.
Dengan + kata benda = keterangan alat
Dengan + kata kerja/kata sifat = keterangan cara.
Contoh kemungkinan
perluasan kalimat tercantum di bawah ini.
1.
Gubernur/memberikan/kelonggaran/kepada pedagang/.
2. Gubernur DKI
Jakarta/memberikan/kelonggaran/kepada pedagang/.
B. Majemuk Majemuk
Setara
Kalimat majemuk setara
terjad dari dua kalimat tunggal atau lebi. Kalimat majemuk setara dikelompokkan
menjadi empat jenis, sebagai berikut.
- Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata dan atau serta jika kedua kalimat tunggal atau lebih itu sejalan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara penjumlahan.
Contoh:
Kami membaca
Mereka menulis
Kami membaca dan mereka menulis.
Tanda koma dapat
digunakan jika kalimat yang digabungkan itu lebih dari dua kalimat tunggal.
Contoh:
Direktur tenang.
Karyawan duduk teratur.
Para nasabah antre.
Direktur tenang,
karyawan duduk teratur, dan para nasabah antre.
2.
Kedua kaltunggal yang
berbentuk kalimat setara itu dapat dihubungkan oleh kata tetapi jika
kalimat itu menunjukkan pertentangan, dan hasilnya disebut kalimat majemu
setara pertentangan.
Contoh:
Amerika dan Jepang tergolong negara maju.
Indonesia dan Brunei Darussalam tergolong negara berkembang.
Amerika dan Jepang tergolong negara maju, tetapi
Indonesia dan Brunei Darussalam tergolong negara berkembang.
Kata-kata penghubung lain yang dapat digunakan dalam menghubungkan
dua kalimat tunggal dalam kalimat majemuk setara pertentangan ialah kata sedangkan
dan melainkan seperti kalimat berikut.
Puspiptek terletak di
Serpong, sedangkan Industro Pesawat Terbang Nusantara terletak di Bandung. Ia
bukan peneliti, melainkan pedagang.
3.
Dua kalimat tunggal ata
lebih dapat dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian jika kejadian
yang dikemukakannya berurutan.
Contoh:
Mula-mula disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat
remaja, kemudian disebutkan namanama juara MTQ tingkat dewasa. Upacara serah
terima pengurus koperasi sudah selesai, lalu Pak Ustaz membacakan doa selamat.
4.
Dapat pula dua kalimat
tunggal atau lebih dihubungkan oleh kata atau jika kalimat itu
menunjukkan pemilihan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara pemilihan.
Contoh:
Para pemilik televisi membayar iuran televisinya
di kantor pos yang terdekat, atau para petugas menagihnya ke rumah pemilik
televisi langsung.
C. Kalimat Majemuk tidak
Setara
Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang
bebas dan satu suku kalimat atau lebih yang tidak bebas. Jalinan kalimat ini
menggambarkan taraf kepentingan yang berbeda-beda di antara unsur gagasan yang
majemuk. Inti gagasan dituangkan ke dalam induk kalimat,
sedangkan pertaliannya dari sudut pandangan waktu, sebab, akibat, tujuan,
syarat, dan sebagainya dengan aspek gagasan yang lain diungkapkan dalam anak
kalimat.
Contoh:
1.
a.
Komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern. (tunggal)
b. Mereka masih dapat mengacaukan data-data komputer. (tunggal)
c. Walaupun komputer
itu dilengkapi dengan alat-alat modern, mereka masih dapat mengacaukan
data-data komputer itu.
2.
a.
Para pemain sudah lelah
b. Para pemain boleh beristirahat.
c. Karena para pemain sudah lelah, para pemain boleh
beristirahat.
d. Karena sudah lelah, para pemain boleh beristirahat.
Sudah dikatakan di atas bahwa kalimat majemuk tak setara terbagi
dalam bentuk anak kalimat dan induk kalimat. Induk kalimat ialah
inti gagasan, sedangkan anak kalimat ialah pertalian gagasan dengan hal-hal
lain. Mari kita perhatikan kalimat di bawah ini. Apabila engkau ingin
melihat bak mandi panas, saya akan membawamu ke hotel-hotel besar.
Anak kalimat:
Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas.
Induk kalimat:
Saya akan membawamu ke hotel-hotel besar.
Penanda anak kalimat
ialah kata walaupun, meskipun, sungguhpun, karena, apabila, jika, kalau,
sebab, agar, supaya, ketika, sehingga, setelah, sesudah, sebelum, kendatipun,
bahwa, dan sebagainya.
D. Kalimat Majemuk
Campuran
Kalimat jenis ini terdiri atas kalimat majemuk taksetara
(bertingkat) dan kalimat majemuk setara, atau terdiri atas kalimat majemuk
setara dan kalimat majemuk taksetara (bertingkat).
Misalnya:
1. Karena hari sudah
malam, kami berhenti dan langsung pulang.
2. Kami pulang,
tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
Penjelasan
Kalimat pertama terdiri atas induk kalimat yang berupa kalimat
majemuk setara, kami pulang, tetapi mereka masih bekerja, dan anak
kalimat karena tugasnya belum selesai. Jadi, susunan kalimat
kedua adalah setara + bertingkat.
Sumber
referensi :
No comments:
Post a Comment